Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa jika laju kenaikan suhu global terus berlanjut, kita bisa menghadapi peningkatan suhu hingga 3,5 derajat Celsius pada skenario terburuk. Hal ini dapat menyebabkan curah hujan yang ekstrem dan kondisi kekeringan yang semakin menyengsarakan masyarakat di berbagai daerah.
Dalam pernyataannya, Dwikorita menjelaskan bahwa jika upaya untuk mengendalikan laju kenaikan suhu gagal, kita akan mengalami dampak yang sangat signifikan. Kenaikan suhu yang mencolok ini diprediksi akan terjadi menjelang tahun 2100, mempengaruhi iklim dan cuaca di seluruh dunia.
Penting untuk memperhatikan kesepakatan internasional seperti Paris Agreement yang berupaya untuk membatasi kenaikan suhu global tidak lebih dari 2 derajat Celsius, dengan harapan idealnya di bawah 1,5 derajat Celsius. Risiko yang dihadapi sangat serius, dan seluruh dunia perlu bersatu dalam mengatasi masalah ini.
Dampak Kenaikan Suhu Global Terhadap Cuaca
BMKG telah memproyeksikan bahwa suhu global yang meningkat akan membawa efek langsung pada pola curah hujan. Menurut Dwikorita, ada kemungkinan curah hujan akan meningkat lebih dari 20 persen dibandingkan dengan rata-rata 30 tahun sebelumnya.
Namun, tidak semua wilayah akan merasakan peningkatan ini. Dia menyoroti bahwa wilayah selatan Tanah Air diharapkan akan mengalami penurunan curah hujan dan merasakan dampak kekeringan yang lebih parah.
Dengan perubahan pola cuaca yang demikian, Dwikorita memperingatkan bahwa kondisi ekstrem tersebut harus segera ditangani. Jika tidak, kita akan menghadapi satu fenomena cuaca yang disebut “kenormalan baru” di mana cuaca ekstrem menjadi hal yang biasa.
Proyeksi Tentang Cuaca Ekstrem di Masa Depan
Cara kita merespons perubahan ini akan sangat menentukan, terutama untuk tahun-tahun mendatang. Menurut Dwikorita, intensitas curah hujan yang ekstrem akan semakin sering terjadi, dengan durasi yang lebih panjang dari sebelumnya.
Pada awal tahun 2024, DWIKORITA mencatat peningkatan suhu permukaan hingga 1,55 derajat Celsius. Ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan di mana suhu memang terus meningkat dan mendorong kita untuk melakukan tindakan nyata.
Periode dari tahun 1900 hingga 1980 menunjukkan peningkatan suhu yang cenderung landai, tetapi situasi mulai berubah drastis setelah 1980. Dekade terakhir diakui sebagai dekade terpanas dalam sejarah, mendorong perubahan yang perlu kita pahami.
Kondisi La Nina dan El Nino di Indonesia
Di Indonesia, fenomena La Nina dan El Nino memiliki dampak yang krusial terhadap pola cuaca. Dwikorita menjelaskan bahwa tahun ini adalah tahun El Nino, yang dikenal dengan risiko kekeringan yang lebih tinggi, dan tahun depan akan menjadi fase transisi menuju kondisi La Nina.
Kedua fase ini dapat menciptakan kondisi yang sulit, seperti kekeringan dan banjir yang terjadi secara bersamaan di berbagai wilayah. Untuk itu, pemahaman yang lebih baik mengenai kedua fenomena ini akan sangat membantu dalam mempersiapkan masyarakat.
Kesadaran akan risiko yang ada dan persiapan yang matang adalah kunci untuk mengurangi dampak buruk yang mengancam. Perencanaan yang baik akan membantu kita merespons dengan lebih efektif terhadap tantangan iklim yang akan datang.