loading…
Isaac Newton. FOTO/ IFL SCIENCE
Isaac Newton adalah sosok yang diakui dalam dunia ilmu pengetahuan berkat kontribusinya yang luar biasa dalam fisika dan matematika. Namun, di balik semua pencapaiannya, ada sisi dari dirinya yang sering terlupakan dan tidak biasa, seperti saat ia bermain-main dengan ide-ide yang dianggap aneh pada masanya.
Tidak hanya fokus pada hukum gerak dan gravitasi, Newton juga memiliki ketertarikan mendalam terhadap alkimia dan okultisme. Hal ini menunjukkan bahwa kejeniusan intelektualnya juga diimbangi dengan sisi misterius yang penuh dengan pertanyaan tentang alam semesta dan eksistensi manusia.
Kepentingannya terhadap ramalan dan kiamat tidak lepas dari perspektif teologisnya yang kuat. Dalam eksplorasi spiritual ini, Newton berupaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan besar mengenai masa depan umat manusia dan sejarah yang terkandung dalam kitab-kitab suci.
Pandangan Newton Mengenai Alkitab dan Kiamat
Selama masa hidupnya, Newton menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk merenungkan makna-nakna yang dalam dari teks-teks Alkitab. Ia percaya bahwa setiap elemen dalam Alkitab memiliki makna yang lebih dari sekadar catatan historis, dan bisa dikesan melalui perhitungan matematis yang rumit. Hal ini membawa Newton pada pencarian yang mendalam tentang kapan dan bagaimana kiamat akan datang.
Salah satu aspek menarik dari pencarian ini adalah catatan yang mencerminkan analisisnya mengenai nubuatan-nubuatan dalam kitab suci. Dalam catatan tersebut, Newton mencoba menetapkan kapan waktu yang tepat bagi terjadinya kiamat dengan merujuk kepada peristiwa tertentu dalam sejarah, seperti penghancuran Yerusalem.
Newton mengamati bahwa nubuatan tertentu tidak dapat terjadi sebelum tanda-tanda tertentu muncul. Ia merumuskan gagasan bahwa beberapa ramalan dalam Alkitab memiliki waktu tertentu di masa depan yang bisa diukur dengan logika matematis. Hal ini memperlihatkan bahwa ia berusaha untuk menghubungkan sains dan agama dalam pencarian kebenarannya.
Prediksi Kiamat dan Metodologinya
Salah satu pendapat Newton yang menarik adalah prediksinya terkait tahun 2060 sebagai waktu terjadinya kiamat. Dalam pemikirannya, ia merujuk kepada periode-produk alkitabiah yang melibatkan periode waktu tertentu dalam sejarah umat manusia serta pemenuhan nubuatan. Dengan demikian, ia berusaha membuktikan bahwa ada pola tertentu dalam waktu yang bisa diprediksi.
Dalam catatannya, ia menyebutkan bahwa sebelum 2300 hari nubuatan dimulai, bagian dari sejarah umat manusia harus terjadi. Figur yang ia sebut sebagai “tanduk kecil Kambing Jantan” perlu muncul, sebelum kiamat benar-benar terwujud. Ini menunjukkan pentingnya pendekatan analitis yang dilakukan Newton dalam memahami nubuatan-nubuatan tersebut.
Meskipun banyak yang menyangsikan ketepatan ramalan ini, pemikiran Newton membuka diskusi tentang bagaimana sains dan teologi dapat berinteraksi. Ia menunjukkan bahwa pencarian untuk memahami keajaiban alam semesta bisa dilakukan melalui lensa matematis dan hermeneutis.
Dampak Pemikiran Newton Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Agama
Isaac Newton tidak hanya berkontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam pemikiran teologis. Pendekatannya yang menggabungkan sains dan agama menjadi contoh bagaimana kedua bidang ini saling terkait satu sama lain, meskipun sering dipisahkan oleh pemikiran modern. Dalam masyarakat ini, pemisahan yang ketat antara sains dan agama sering kali mengaburkan kontribusi besar yang bisa diberikan oleh keduanya.
Lebih dari sekadar mencapai puncak baru dalam fisika, Newton berusaha untuk menjembatani dua dunia yang sering dipandang saling bertentangan. Pendekatannya memberi peluang bagi pemikiran yang lebih terbuka dan inklusif, bahwa ilmu pengetahuan tidak selalu bertentangan dengan keyakinan spiritual dan agama. Ini menjadi bagian dari warisan intelektualnya yang masih dibahas hingga hari ini.
Pemikiran dan analisis Newton yang menembus batasan-batasan umum membuka jalan bagi banyak ilmuwan dan pemikir di masa depan untuk mengeksplorasi tema-tema yang lebih dalam. Pemahamannya tentang waktu, sejarah, dan ramalan menunjukkan betapa dalamnya keinginannya untuk memahami dunia, baik secara fisik maupun spiritual.