Wilayah Bandung menghadapi potensi ancaman signifikan akibat keberadaan gempa besar yang berkaitan dengan Sesar Lembang. Dalam pengamatan, Sesar Lembang merupakan patahan utama di bumi yang menyimpan energi tektonik yang sangat besar, dan bisa berisiko bagi keamanan masyarakat setempat.
Pakar Geologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Mudrik R. Daryono, menjelaskan bahwa pergeseran di Sesar Lembang terjadi secara mendatar, yaitu batuan di bagian utara dan selatan bergerak saling berlawanan. Fenomena ini menciptakan risiko geologis yang perlu dipahami agar masyarakat dapat mempersiapkan diri.
Mudrik menekankan bahwa bukti nyata dari pergerakan ini adalah perubahan pada Sungai Cimeta yang telah mengalami pergeseran hingga 120 meter, bahkan mencapai 460 meter di beberapa lokasi. Proses pergerakan ini berjalan selama ratusan ribu tahun dan berpotensi menjadi penyebab terjadinya gempa.
Menggali lebih dalam mengenai Sesar Lembang, Mudrik memaparkan bahwa patahan ini memiliki panjang hampir 29 kilometer dan terletak di kaki Gunung Tangkuban Parahu. Selain pergeseran horizontal, terdapat juga perubahan tinggi yang spesifik di bagian barat.
Pemahaman tentang Sesar Lembang dan Risikonya
Sesar Lembang terbentang dari Padalarang hingga Cimenyan dan terkenal karena aktivitas geologinya yang tinggi. Pergerakan mendatarnya telah menjadi elemen signifikan dalam analisis geologi, memungkinkan terjadinya gerakan tanah yang berpotensi menyebabkan gempa bumi.
Sekitar 80 hingga 100 persen dari keseluruhan pergeseran ini adalah mendatar, membuatnya berisiko tinggi bagi daerah sekitarnya. Di sisi lain, pergeseran vertikal terjadi antara 0 hingga 20 persen, menunjukkan bahwa meskipun ada elemen tersebut, pergerakan mendatar lebih mendominasi.
Pergeseran permukaan tanah menghadirkan tantangan lainnya, di mana bagian utara mengalami perubahan tinggi kecil dari posisi datar menjadi berbeda hingga 90 meter. Hal ini menunjukkan betapa kompleksnya pola pergerakan di Sesar Lembang yang harus dijadikan perhatian lebih lanjut.
Hasil penelitian menunjukkan kecepatan pergerakan Sesar Lembang berkisar antara 1,9 hingga 3,4 milimeter per tahun. Pada pandangan pertama, angka ini tampak kecil, tetapi akumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat menghasilkan potensi gempa yang menghancurkan.
Indikasi Potensi Gempa Besar di Wilayah Bandung
Melihat lebih dekat hasil kajian paleoseismologi, pergeseran sebesar 40 sentimeter di kilometer 11,5 memberikan gambaran adanya kemungkinan terjadinya gempa dengan kekuatan antara Magnitudo 6,5 hingga 7. Angka ini perlu dicermati sebagai tanda bahwa risiko di wilayah tersebut nyata.
Penelitian yang dilakukan mengungkapkan bahwa siklus gempa besar di Sesar Lembang berlangsung setiap 170 hingga 670 tahun. Menurut Mudrik, dengan data terbaru, kemungkinan waktu pecahnya sesar ini dapat berlangsung paling lambat hingga tahun 2170.
Gempa terakhir yang terjadi di Sesar Lembang terjadi pada abad ke-15, sekitar tahun 1450 hingga 1460. Dengan demikian, masyarakat perlu sadar bahwa waktu terus berjalan dan risiko tersebut dapat segera terwujud.
Sesar Lembang merupakan representasi nyata dari fenomena geologis yang bukan hanya terukur lewat peta, tetapi terbukti melalui jejak sejarah dan penelitian yang menyertainya. Dalam konteks ini, kesadaran akan ancaman ini sangat penting bagi perencanaan dan mitigasi risiko.
Kajian Paleoseismologi dan Sejarah Gempa di Bandung
Melalui kajian paleoseismologi, dapat terlihat jejak gempa purba yang telah terjadi di lokasi ini. Jejak gempa tersebut memberikan wawasan tentang seberapa sering gempa besar mungkin terjadi di Sesar Lembang.
Manfaatkan data historis gempa terdahulu, para peneliti menemukan fakta bahwa gempa kembali terjadi dalam interval waktu yang panjang. Temuan gempa yang berusia sekitar 19 ribu tahun lalu menambah kekuatan argumen bahwa Sesar Lembang memiliki sejarah panjang aktivitas geologis.
Penting untuk diingat bahwa meskipun berbagai penelitian memberikan gambaran tentang kemungkinan terjadinya gempa, semua angka tersebut tetap merupakan perkiraan. Para ahli tidak dapat memastikan kapan tepatnya gempa besar akan terjadi.
Oleh karena itu, dalam menghadapi potensi ancaman ini, masyarakat perlu lebih sadar dan siap menghadapi kemungkinan yang ada. Peningkatan kesadaran adalah langkah awal yang penting untuk memitigasi risiko yang bisa ditimbulkan oleh gempa besar ini.