Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) baru-baru ini menyampaikan keprihatinannya tentang besarnya biaya regulasi yang dikenakan kepada operator telekomunikasi. Masalah ini semakin mendesak untuk dibahas, mengingat dampaknya yang luas terhadap industri dan masyarakat pengguna jasa telekomunikasi.
Ketua Umum ATSI, Dian Siswarini, mengungkapkan pandangannya saat Rapat Umum Anggota (RUA) ATSI 2025 di Jakarta. Ia menegaskan bahwa penting bagi pemerintah untuk menerapkan aturan yang sama kepada semua pemain di sektor ini, termasuk platform digital lainnya.
Dalam pernyataannya, Dian menjelaskan bahwa ekosistem digital tidak hanya diisi oleh operator telekomunikasi. Ada juga banyak platform over the top (OTT) yang hingga saat ini belum dikenakan biaya regulasi, meskipun mereka mendapatkan keuntungan besar dari layanan yang disediakan oleh operator.
“Kami berharap pemerintah juga memikirkan hal ini secara adil. Jika ada regulatory charge, seharusnya berlaku untuk seluruh pemain di industri, tidak hanya untuk operator telekomunikasi,” tegas Dian. Frasa “same service, same rule” menjadi penekanan penting dalam diskusi ini.
Dampak Regulatory Charge Terhadap Operator Telekomunikasi
Regulatory charge adalah biaya yang dikenakan kepada operator seluler, termasuk komponen biaya hak penggunaan frekuensi. Di Indonesia, biaya ini cukup tinggi, berkisar antara 12-14 persen dari total pendapatan kotor operator.
Dian meminta agar pemerintah meninjau kembali regulasi ini. Dengan demikian, industri telekomunikasi diharapkan bisa tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan.
Jika industri telekomunikasi berkembang dengan baik, operator akan lebih mampu memberikan kontribusi pajak kepada negara. Ini adalah win-win solution yang menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.
“Saat ini, banyak pemain di sektor telekomunikasi yang mendapatkan manfaat, tetapi beban regulasi hanya ditanggung oleh operator. Jika regulasi diterapkan secara merata, akan ada banyak keuntungan yang bisa dihasilkan,” tambahnya.
Pentingnya Kesetaraan dalam Regulasi Sektor Digital
Dalam diskusi ini, Dian menekankan bahwa keadilan dalam regulasi sangat penting. Semua pelaku di ekosistem digital harus diperlakukan sama agar tidak ada yang diuntungkan secara tidak adil.
“Kami yakin jika semua pemain dikenakan regulasi yang sama, industri ini akan lebih sehat. Ini bukan hanya untuk operator, tetapi juga untuk masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.
Masyarakat, dalam hal ini, akan mendapatkan akses layanan internet yang lebih baik jika operator dapat beroperasi tanpa beban biaya regulasi yang terlalu tinggi. Hal ini tentu saja penting untuk mendukung perkembangan teknologi di Indonesia.
“Adalah penting untuk mengingat bahwa ini bukan hanya tentang industri, melainkan juga tentang kemajuan teknologi untuk seluruh negara,” katanya, menambahkan harapan akan adanya perubahan yang lebih baik di masa depan.
Peluang untuk Perkembangan Daya Saing Industri Telekomunikasi
Regulasi yang lebih adil dapat membuka peluang bagi operator untuk berinvestasi dalam teknologi baru dan layanan yang lebih baik. Dian percaya bahwa jika operator dapat mengurangi beban biaya, mereka akan lebih mudah berinovasi.
“Kami percaya pada potensi pasar telekomunikasi di Indonesia yang sangat besar. Namun, untuk mencapai potensi tersebut, regulasi yang ada harus dapat mendukung pertumbuhan industri dengan tepat,” ungkapnya.
Penekanan pada pentingnya inovasi juga disampaikan. Di era digital saat ini, inovasi menjadi kunci untuk bersaing di pasar lokal dan global.
“Pemerintah bisa memberikan ruang untuk pengembangan tersebut dengan cara menerapkan regulasi yang lebih adil dan transparan,” paparnya. Ini adalah langkah strategis untuk meningkatkan daya saing operator telekomunikasi di tingkat internasional.
Dian menekankan, “Kita tidak hanya memikirkan keuntungan sesaat, tetapi juga kemajuan jangka panjang untuk industri dan masyarakat.”